EMOSI DAN MOTIF

EMOSI DAN MOTIF

1. EMOSI

Selama ini kajian-kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang dicapai seseorang. Tetapi sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk perilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkatkan hasil belajar. Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvesional, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, berperan menghidupkan perkembangan dan penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar yang terjadi haruslah menyenangkan.

  1. a.      Pengertian Emosi

Definisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda.Diantaranya ;

–          William James (dalam DR.Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.

–          Goleman (1999) (dalam DR.Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak..

–          Kleinginna & Kleinginna (DR.Nyayu Khodijah) mencatat ada 92 definisi yang berbeda tentang emosi, namun disepakati bahwa keadaan emosional adalah suatu reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.

  1. b.      Fungsi Emosi

Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk Survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai Energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan Messenger atau pembawa pesan (Martin,2003) (dalam DR.Nyayu Khodijah, 2006)

–          Sebagai Sarana untuk memperahankan hidup, emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membeda dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain.

–          Sebagai pembangkit energi (energizer), emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan juga semangat untuk hidup.contohnya: Perasaan cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan  nyaris tidak ada semangat untuk hidup.Contohnya ; perasaan Sedih dan benci.

–          Sebagai pembawa pesan, emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa disekitar kita ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang terjadi dalam keadaan seperti itu mungkin kita akan tertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang yang sedang bersedih merasa bahwa kita bersikap empati terhadapnya.

  1. c.       Jenis dan Pengelompokkan Emosi

Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu

–          Emosi yang menyenangkan atau emosi positif, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, saying, senang, gembira, kagum dan sebagainya.

–          Emosi yang tidak menyenangkan atau emosi negative, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negative pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.

  1. d.      Teori-Teori Emosi

Walgito (1997) (dalam DR.Nyayu Khodijah,2006), mengemukakan tiga teori emosi, yaitu ;

  1. Teori Sentral,

Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu ; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya .Contohnya : orang menangis karena merasa sedih

  1. Teori Periferal

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910). Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.

  1. Teori Kepribadian

Menurut teori ini, emosi ini merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.

E. Pengaruh Emosi pada belajar

Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier,2002) (dalam DR.Nyayu Khodijah,2006). Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negative dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali Karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier (2002) (dalam DR.Nyayu Khodijah,2006) kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi.Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar.

F. Upaya Pengendalian Emosi

– Teknik Substitusi, yaitu menggantikan emosi negative dengan emosi positif. Misalnya, menggantikan kemarahan dengan ketenangan dan kebencian dengan kasih sayang.

– Owenita Sanderlin (dalam gie, 1999) (dalam DR.Nyayu Khodijah, 2006). Memberikan solusi dengan Distraction technique (teknik pengalihan perhatian), yaitu mengerjakan hal lain untuk mengalihkan emosi negatif. yang timbul.

2. MOTIF      

a. Pengertian Motif

Motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat.

Menurut Winkel (1996) (didalam buku Psikologi belajar, karangan DR.Nyayu Khodijah), menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Azwar (dalam Irfan dkk,2000),(dalam DR.Nyayu Khodijah,2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.

Dari beberapa pendapat diatas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Macam-Macam Motif

Menurut WoodWorth dan Marquis (1957) (dalam DR.Nyayu khodijah), motif itu dapat dibedakan menjadi tiga,yakni ;

  1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup indivisu atau organisme, missal motif minum, makan, kebutuhan pernapasan, seks, kebutuhan beristirahat.
  2. Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena sekitar menuntutnya, missal motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif  melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan, motif untuk bersaing.
  1. Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.

c. Kekuatan Motif

Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain.Berhubung dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.

Eksperimen banyak dilakukan dengan hewan karena beberapa pertimbangan :

  1. Hewan lebih mudah dapat dikontrol karena sifat kesederhanaannya sedangkan kehidupan social manusia sangat kompleks.
  2. Pada hewan tidak ada kesadaran tentang pribadinya, karena itu hewan tidak mempunyai perasaan malu atau perasaan harga diri.
  3. Bila ada sesuatu hal yang tidak diinginkan sebagai akibat ddari eksperimen resikonya tidak besar.

Sekalipun demikian ini tidk berarti bahwa eksperimen pada manusia tidak dapat dilaksanakan.

Contoh Eksperimen yang menggunakan tikus putih. Metode yang dipeergunakan dengan “obstruction method “ (metode penghalang). Penghalangnya merupakan jari-jari yang diberi aliran listrik bila tikus akan melalui jalan atau gang itu.

Tikus diberi insetif yang bewujud makanan, minuman atau benda-benda lain yang pada pokoknya dapat digunakan sebagai alat penarik (insentif) agar tikus mau melalui jalan itu untuk menuju ketempat ujung disebelah lain. Bila tikus akan melalui penghalang, penghalang diberi aliran listrik hingga keadaan ini memberikan gangguan terhadap tikus yang akan melaluinya : Dengan adanya gangguan atau penghalang ada kemungkinan tikus akan kembali lagi, tidak jadi terus. Begitu selanjutnya. Kalau motifnya kuat, sekalipun ada rintangan atau penghalang, rintangan itu akan diatasi atau dengan kata lain tikus akan melalui jalan itu.

d. Konflik Motif

Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam motif yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang mempunyai motif untuk belajar, tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau konflik dalam diri orang tersebut antara motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi konflik motif akan terjadi bila adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon yang dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :

  1. Pemilihan atau Penolakan

Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas. Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi

  1. Kompromi

Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat mengambil respon yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut. Tetapi, tidak semua objek atau situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal yang akhir ini individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.

  1. Meragu-ragukan (bimbang)

Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang buruk atau baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek mempunyai nilai-nilai positif ataupun negative, kedua-duanya mempunyai sifat atau segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.

Kebimbangan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang meimbulkan perasaan yang mengacaukan hingga keadaan psikis individu mengalami hambatan-hambatan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan pemeriksaan seteliti-telitinya segala aspek dari objek tersebut segala untuk ruginya, sehingga mungkin perlu membuat sesuatu daftar alasan-alasan hingga dengan demikian keputusan itu menunjukkan keputusan yang sebaik-baiknya.

e. Peran Motivasi dalam mencapai keberhasilan Belajar

motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang optimal selain kondisi kesehatan secara umum, intelegensi dan bakat minat. Seorang anak didik bukan tidak bisa mengerjakan sesuatu, tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu banyak terhadap pekerjaan itu. Motif  yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak kuat, sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai. Jika individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mencapai prestasi yang baik.

Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip tersebut adalah :

  1. Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar
  2. Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar
  3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
  4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar
  5. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
  6. Moivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Khodijah,Nyayu.2006.Psikologi Belajar.Palembang:IAIN Raden Fatah Press

Walgito,Bimo.1997.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi Offset

Tinggalkan komentar